Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan
merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran
dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa
bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan;
bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai
seperangkat peraturan/kaidah.
Di
bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru
sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.
1. Pendekatan
Behaviorisme
Kelompok
ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak sebenarnya
dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan
lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan
kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui
bahasa pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
2. Pendekatan
Nativisme
Pandangan
ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang
disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk
mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak.
LAD membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan
demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam
struktur yang sudah ada secara alamiah.
3. Pendekatan
Kognitif
Kemapuan
berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif
anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan oleh
nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan
bahasa.
4. Pendekatan
Interaksi Sosial
Pendekatan
ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas. Kesimpulan
teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari bawaannya yang
tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi.
Inti
pembelajaran interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah
sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas
dan berfikir kritis mereka.
5. Pendekatan
Tujuan
Penerapan
pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’. Dengan
‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil,
apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu
menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan
keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75%
dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan
Struktural
Pandangan
ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk dianalisis
sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).
7. Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan
komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi.
Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan
berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa
diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa.
8. Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan
ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan faktor-faktor
penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga aspek
pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Suatu
pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang dilaksanakan secara
menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan
tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak terpisahpisah dengan
aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan sastra. Di samping
itu pendekatan ini juga mementingkan multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar
anak.
10. Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and
Learning atau CTL)
Merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks
itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa
mereka, dan begaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11. Pendekatan
Terpadu
Pendekatan
terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa
harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, menulis) dengan komponen kebahasaan (tatabunyi, tatamakna, tatabentuk,
tatakalimat) juga aspek sastra. Di samping itu untuk kelas-kelas rendah
pendekatan terpadu ini menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi, yang
artinya pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran
lain seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian
dan Pendidikan Jasmani.
11. Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan
ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar keterlibatan
siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas
guru sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa,
suasana belajar kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas
satu, dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan
secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancer membaca),
dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf menjadi kata, menjodohkan
gambar dan kata.
12. Pendekatan
Keterampilan Proses
Keterampilan
proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah keterampilan dalam proses
pembelajaran yang meliputi:
1. keterampilan
intelektual
2. keterampilan
sosial
3. keterampilan
fisik
Keterampilan
proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep itu
akan menunjang pula keterampilan proses. Keterampilan proses dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan:
mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
ΓΌ Metode dan Teknik Pembelajaran
Bahasa
Setelah
guru memahami pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa, selanjutnya guru
harus menentukan metode atau cara apa yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Dalam bidang pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan
secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan atau
approach tertentu. Jika approach masih bersifat filosofis atau aksioma, maka
metode adalah implementasi atau cara melaksanakan pembelajaran tersebut, dalam hal
ini proses belajar-mengajar bahasa.
Metode
meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan,
rancangan evaluasi dan remedial. Dikaitkan dengan Kurikulum 2004, maka langkah
metode ditetapkan setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta
indikatorindikatornya. Dewasa ini ada beberapa metode pembelajaran bahasa yang
masih dipergunakan, baik secara terpisah-pisah maupun digabungkan beberapa
metode dalam pelaksanaannya.
1. Metode
langsung
Metode ini
menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang diajarkan.
Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di daerah, bahasa
pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah / bahasa
ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari verbalistik
dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan kontekstual.
2. Metode
alamiah
Metode
ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary method”. Metode ini memiliki
prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan
belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak
ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan
landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa
kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti
Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar, kemudian
berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal
pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan
bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat
menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai
diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
3. Metode
tatabahasa
Metode
ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa. Isi pelajaran
terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar kata-kata
dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu sering pula
diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan
sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan daftar kosakata dari teks dan
kemudian diberikan penjelasan-penjelasan tentang tatabahasanya.
4. Metode
terjemahan
Metode
terjemahan (the translation method)
adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk
dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah
penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah
bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari
bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya.
Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau
dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal
kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan
tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.
5. Metode
pembatasan bahasa
Metode
ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa
yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan
kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi
pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan
bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun
tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.
6.Metode
linguistik
Nama
lain dari metode ini adalah metode “oral
aural”. Prinsip yang menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah
sebab yang menjadi landasan pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para
linguis (ahli-ahli bahasa). Titik pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan.
Sebelum pembelajaran, diteliti terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa
ibu dengan bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan
mengenai: bunyi-bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan
kalimat. Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap
kesukaran yang mungkin dialami siswa. Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih
dulu diajarkan, kemudian baru perbedaan-perbedaannya melalui latihan-latihan
yang intensif. Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan
bahasa ibu murid, karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru
tersebut.
7. Metode SAS
Metode
SAS ( struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang berpandangan
bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah global atau bersifat
menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan diajarkan kepada murid
haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara
global. Setelah itu baru mencari atau menemukan bagianbagian dari struktur global
tersebut, ini yang disebut tahap analisnya. Setelah mengenal bagian serta
fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan bagian-bagian itu menjadi
struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut tahap sintesa. Metode ini
banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca permulaan, tetapi
sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek pembelajaran bahasa, sepert:
pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan dalam apresiasi sastra. Selain
itu metode ini banyak pula dipakai dalam pembelajaran mata pelajaran lain.
8. Metode
bibahasa
Metode
ini hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di muka.
Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran dididasarkan
pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang akan
diajarkan tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk menerangkan
perbedaan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tatabahasa kedua
bahasa itu. Perbedaan-perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar dalam
latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.
9. Metode unit
Metode
ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid untuk
menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi, generalisasi
dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat dikembangkan
sebagai berikut:
a. Dipilih
unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara memungut suara
terbanyak dari siswa suatu kelas.
b. Dibentuk
kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu murid.
c. Guru
menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan berikut
tatabahasanya.
d. Guru
memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut, kemudian siswa
mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang dianggap sukar.
e. Siswa mulai
berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai konteks
pemakaiannya.
f. Guru
memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah tatabahasa.
g. Siswa membaca
kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika siswa telah mampu menyusun
wacana percakapan yang sederhana.
h. Untuk
kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan mengarang bebas. Setelah
Anda memahami pendekatan dan metode pembelajaran bahasa, berikutnya Anda harus
memahami dan dapat menggunakan strategi atau teknikteknik dalam pembelajaran
bahasa yang dalam pengajaran umum lazim juga disebut metode. Strategi yang
dimaksud adalah : ceramah, diskusi, demonstrasi, bermain peran, karyawisata
dsb. Teknik pembelajaran merupakan cara guru
menyampaikan bahan
ajar yang telah disusun berdasarkan metode dan pendekatan yang dipilih guru.
Di bawah ini
akan diuraikan beberapa teknik pembelajaran bahasa, dari teknik yang paling
abadi seperti teknik ceramah sampai dengan teknik pembelajaran mutakhir.
1. Teknik Ceramah
Teknik ini
digunakan untuk menyampaikan informasi. Bagi siswa sekolah dasar kelas rendah,
teknik ini diperlukan sebagai latihan keterampilan menyimak. Pelaksanaan teknik
ceramah di kelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi
tentang ilmu pengetahuan. Selesai ceramah, dapat diikuti dengan teknik tanya
jawab.
2.Teknik Tanya
Jawab
Penggunaan
teknik tanya jawab ini dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak,berbicara,membaca
dan menulis. Selain guru yang bertanya pada siswa, juga dapat dilakukan siswa
yang bertanya pada guru, setelah guru ceramah atau bercerita. Di samping
itu,guru dapat pula pada awal pelajaran sebagai pretest dan pada akhir
pembelajaran yang disebut posttest.
3.Teknik Diskusi
Kelompok
Teknik ini dapat
dilakukan di SD kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam
pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya
agar mau berbicara atau bertanya.
4. Teknik
Pemberian Tugas
Teknik ini
biasanya diberikan secara individual atau kelompok. Teknik ini bertujuan agar
siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu.
Untuk siswa kelas rendah tugas individual, seperti membuat catatan kegiatan
harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5. Teknik
Bermain Peran
Teknik ini
bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan
sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai
tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang,
tukang becak dsb. Selain itu dapat pula memerankan tokoh-tokoh dari benda-benda
sekitar, misal: gunung, pohon, binatang,
awan,angin,
matahari dsb. Dengan menghayati peran-peran tersebut, diharapkan siswa terlatih
untuk menghargai jasa dan peranan orang lain dalam kehidupannya, juga berlatih
kerja sama dengan orang lain.
6.Teknik
Karyawisata
Teknik ini
dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang ada kaitannya
dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat membawa siswa untuk
berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian secara bergiliran siswa
disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang ditemuinya. Untuk siswa
kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau mendeskripsikan tempat-tempat yang
telah mereka kunjungi, misal: museum, kebun binatang, tempat pameran atau
tempat karyawisata lainnya.
7.Teknik
Sinektik
Strategi
pengajaran sinektik merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas menjadi
suatu masyarakat intelektual , yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa
untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasangagasan baru dalam bidang-bidang
ilmu pengetahuan alam, teknologi,bahasa dan seni. Pada dasarnya, kreativitas
seseorang dapat dideskripsikan, didorong
dan dapat
ditingkatkan dengan sengaja karena kreativitas pada dasarnya adalah proses
emosional. Kreativitas pada diri seseorang atau pada kelompok dapat
ditingkatkan dengan cara menyadari proses kreatif dan memberikan bantuan secara
sadar ke arah terjadinya kreativitas. Contoh dalam bahasa dengan meminta murid
menggunakan gaya bahasa analogi atau metapora.
Kelebihan teknik
ini antara lain:
1. Strategi ini
bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang sesuatu
masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2. Strategi ini
bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi
pada diri siswa tentang materi baru.
3. Strategi ini
dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
4. Strategi ini
dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara
siswa.
5. Strategi ini
membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memcahkan suatu masalah.
Model
Pembelajaran Bahasa Indonesia
I. Model
Pembelajaran Bahasa Menyeluruh (Whole Language)
A. Teori
Pembelajaran Bahasa Menyeluruh
Konsep
bahasa menyeluruh telah diperkenalkan oleh Jerome Harrte dan Carolyn Burke pada
tahun 1977, sesudah itu Doroty Waston menyusul dengan istilah “Teachers Whole Language” (TAWL) pada
tahun 1978 kemudian Ken Goodman memperkenalkan kaidah ini dengan nama “Whole Language Comperhension Centered
Reading Program” pada tahun 1979. Pendekatan bahasa menyeluruh sangat populer
dalam pembelajaran bahasa setelah tahun 1980. Hal ini karena kaidah bahasa
menyeluruh memiliki kelebihan antara lain :
1. Melibatkan
lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak-anak.
2. Penyampaian
menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3. Menggunakan
pendekatan tematik, programnya disusun berdasarkan pendekatan fungsional dan
memperhatikan perkembangan anak, baik perkembangan fisik, sosial-emosi, dan
mental intelektual. Konsep bahasa menyeluruh telah digunakan pada anak usia
dini (anak usia prasekolah dan SD kelas rendah) dalam pengembangan bahasa anak.
Kaidah ini ternyata telah berhasil membantu anak-anak memahami bahasa secara
menyeluruh. Hal ini bermakna perkembangan bahasa anak-anak menjadi luas karena
anak belajar dari berbagai unsur atau sumber. Mernurut Ferguson (dalam Mac Hado,
1995) bahwa kaidah bahasa menyeluruh sangat penting untuk meningkatkan
keterampilan mendengar, berbicaa, membaca dan menulis diawali dengan pembelajaran
perilaku bahasa yang alamiah yaitu bercakap-cakap.
Tokoh Cullinan
(dalam Mac Hado, 1995) mengidentifikasikan bahwa kaidah ini berpusat pada
bacaan atau program gabungan seni bahasa yang bermakna dan berfungsi.
Bergeron
(dalam Marrow, 1993) mengidentifikasikan bahasa menyeluruh sebagai suatu konsep
terdiri dari dua unsur pendukung yaitu perkembagan bahasa dan pendekatan pengajaran.
Pendekatan ini berdasarkan pada penggunaan literatur nyata yaitu pengalaman
kehidupan dan tulisan yang bermakna dan berfungsi serta keterpaduan penglaman
motivasi dan minat anak-anak dalam pembelajaran bahasa. Sementara Eliason (1994)
menyatakan bahwa dalam pendekatan bahasa menyeluruh terdapat hubungan yang
interaktif antara mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Belajar bahasa
harus terintegrasi ke dalam bukan terpisah dari semua aspek kurikulum. Definisi
agak lengkap dikemukakan oleh Brenner (1990) yang berpendapat bahwa “Whole Language” adalah cara mengajar
prapembaca, membaca dan keterampilan bahasa lainnya melalui keseluruhan proses
yang melibatkan bahasa, menulis, berbicara, mendengarkan cerita, mengarang
cerita karya seni, bermain drama, maupun melalui cara-cara yang lebih
tradisional.
Berdasarkan
pendapat tokoh-tokoh di atas, maka pembelajaran bahasa berdaarkan pendekatan
bahasa menyeluruh mempunyai ciri-ciri:
1. Menyeluruh
(Whole/Coorperative Eksperances)
2. Bermakna (Meanigful)
3. Berfungsi
(Function)
4. Alamiah
(Natural/Authentic)
Model
pembelajaran bahasa menyeluruh, sangat tepat digunakan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas rendah (I,II), oleh karena itu, sebelum guru merancang
pembelajaran, sebaiknya memahami dan menganalisis terlebih dahulu materi pokok
Bahasa Indonesia di kelas rendah tersebut. Di dalam modul sebelumnya
dicantumkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah (I, II)
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Dari
uraian tentang konsep bahasa (Whole Language) maka tujuan model pembelajaran
Bahasa Indoneisa di sekolah dasar berdasarkan pendekatan tersebut sebagai berikut
: mengintegrasikan seluruh keterampilan berbahasa.
II. Model
Pembelajaran Terpadu
Keterpaduan
mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan mata pelajaran lainnya dapat berlangsung
dalam beberapa bentuk :
1. Model
keterhubungan (connected)
Model keterhubungan adalah model
pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan sutu
konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan
keterampilan lain. Dapat pula terjadi keterhubungan antara tugastugas yang
dilakukan dalam satu semester/catur wulan dengan konsep-konsep yang akan
dipelajari pada semester/catur wulan berikutnya, dalam satu bidang studi.
2. Model
jaring laba-laba (webbed)
Model jaring laba-laba adalah model pembelajaran
terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pengembangan model ini dimulai
dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi antara
guru dengan siswa. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan
aktivitas belajar siswa.
3. Model
keterpaduan (integrated)
Model
keterpaduan merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
antarbidang studi. Model ini dilaksanakan dengan cara menggabungkan bidang-bidang
studi. Menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep atau
sikap yang saling tumpang tindih pada beberapa bidang studi.
Sumber :