Minggu, 17 November 2013

Pendekatan, Teknik, dan Model yang Digunakan di Sekolah Dasar


Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai seperangkat peraturan/kaidah.
Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.
1. Pendekatan Behaviorisme
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
2. Pendekatan Nativisme
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang sudah ada secara alamiah.
3. Pendekatan Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas. Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi.
Inti pembelajaran interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir kritis mereka.
5. Pendekatan Tujuan
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’. Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa.
8. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan sastra. Di samping itu pendekatan ini juga mementingkan multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak.
10. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) dengan komponen kebahasaan (tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
11. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas guru sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa, suasana belajar kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas satu, dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancer membaca), dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf menjadi kata, menjodohkan gambar dan kata.
12. Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:
1. keterampilan intelektual
2. keterampilan sosial
3. keterampilan fisik
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep itu akan menunjang pula keterampilan proses. Keterampilan proses dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan:
mengamati, menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.

ΓΌ  Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa
Setelah guru memahami pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa, selanjutnya guru harus menentukan metode atau cara apa yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam bidang pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan atau approach tertentu. Jika approach masih bersifat filosofis atau aksioma, maka metode adalah implementasi atau cara melaksanakan pembelajaran tersebut, dalam hal ini proses belajar-mengajar bahasa.
Metode meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan evaluasi dan remedial. Dikaitkan dengan Kurikulum 2004, maka langkah metode ditetapkan setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta indikatorindikatornya. Dewasa ini ada beberapa metode pembelajaran bahasa yang masih dipergunakan, baik secara terpisah-pisah maupun digabungkan beberapa metode dalam pelaksanaannya.
1. Metode langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah / bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan kontekstual.
2. Metode alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar, kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
3. Metode tatabahasa
Metode ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa. Isi pelajaran terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar kata-kata dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu sering pula diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan daftar kosakata dari teks dan kemudian diberikan penjelasan-penjelasan tentang tatabahasanya.

4. Metode terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.
5. Metode pembatasan bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.
6.Metode linguistik
Nama lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi landasan pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli bahasa). Titik pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum pembelajaran, diteliti terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan kalimat. Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa. Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan, kemudian baru perbedaan-perbedaannya melalui latihan-latihan yang intensif. Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid, karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru tersebut.


7. Metode SAS
Metode SAS ( struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang berpandangan bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan diajarkan kepada murid haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global. Setelah itu baru mencari atau menemukan bagianbagian dari struktur global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya. Setelah mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan bagian-bagian itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut tahap sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek pembelajaran bahasa, sepert: pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan dalam apresiasi sastra. Selain itu metode ini banyak pula dipakai dalam pembelajaran mata pelajaran lain.
8. Metode bibahasa
Metode ini hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di muka. Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran dididasarkan pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk menerangkan perbedaan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tatabahasa kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar dalam latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.
9. Metode unit
Metode ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid untuk menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi, generalisasi dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut:
a. Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara memungut suara terbanyak dari siswa suatu kelas.
b. Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu murid.
c. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan berikut tatabahasanya.
d. Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut, kemudian siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang dianggap sukar.
e. Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai konteks pemakaiannya.
f. Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah tatabahasa.
g. Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika siswa telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.
h. Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan mengarang bebas. Setelah Anda memahami pendekatan dan metode pembelajaran bahasa, berikutnya Anda harus memahami dan dapat menggunakan strategi atau teknikteknik dalam pembelajaran bahasa yang dalam pengajaran umum lazim juga disebut metode. Strategi yang dimaksud adalah : ceramah, diskusi, demonstrasi, bermain peran, karyawisata dsb. Teknik pembelajaran merupakan cara guru
menyampaikan bahan ajar yang telah disusun berdasarkan metode dan pendekatan yang dipilih guru.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa teknik pembelajaran bahasa, dari teknik yang paling abadi seperti teknik ceramah sampai dengan teknik pembelajaran mutakhir.
1. Teknik Ceramah
Teknik ini digunakan untuk menyampaikan informasi. Bagi siswa sekolah dasar kelas rendah, teknik ini diperlukan sebagai latihan keterampilan menyimak. Pelaksanaan teknik ceramah di kelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan. Selesai ceramah, dapat diikuti dengan teknik tanya jawab.
2.Teknik Tanya Jawab
Penggunaan teknik tanya jawab ini dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak,berbicara,membaca dan menulis. Selain guru yang bertanya pada siswa, juga dapat dilakukan siswa yang bertanya pada guru, setelah guru ceramah atau bercerita. Di samping itu,guru dapat pula pada awal pelajaran sebagai pretest dan pada akhir pembelajaran yang disebut posttest.
3.Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di SD kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini biasanya diberikan secara individual atau kelompok. Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu. Untuk siswa kelas rendah tugas individual, seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, tukang becak dsb. Selain itu dapat pula memerankan tokoh-tokoh dari benda-benda sekitar, misal: gunung, pohon, binatang,
awan,angin, matahari dsb. Dengan menghayati peran-peran tersebut, diharapkan siswa terlatih untuk menghargai jasa dan peranan orang lain dalam kehidupannya, juga berlatih kerja sama dengan orang lain.
6.Teknik Karyawisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat membawa siswa untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian secara bergiliran siswa disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang ditemuinya. Untuk siswa kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau mendeskripsikan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi, misal: museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karyawisata lainnya.
7.Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas menjadi suatu masyarakat intelektual , yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasangagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi,bahasa dan seni. Pada dasarnya, kreativitas seseorang dapat dideskripsikan, didorong
dan dapat ditingkatkan dengan sengaja karena kreativitas pada dasarnya adalah proses emosional. Kreativitas pada diri seseorang atau pada kelompok dapat ditingkatkan dengan cara menyadari proses kreatif dan memberikan bantuan secara sadar ke arah terjadinya kreativitas. Contoh dalam bahasa dengan meminta murid menggunakan gaya bahasa analogi atau metapora.
Kelebihan teknik ini antara lain:
1. Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2. Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3. Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
4. Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5. Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memcahkan suatu masalah.

Model Pembelajaran Bahasa Indonesia
I. Model Pembelajaran Bahasa Menyeluruh (Whole Language)
A. Teori Pembelajaran Bahasa Menyeluruh
Konsep bahasa menyeluruh telah diperkenalkan oleh Jerome Harrte dan Carolyn Burke pada tahun 1977, sesudah itu Doroty Waston menyusul dengan istilah “Teachers Whole Language” (TAWL) pada tahun 1978 kemudian Ken Goodman memperkenalkan kaidah ini dengan nama “Whole Language Comperhension Centered Reading Program” pada tahun 1979. Pendekatan bahasa menyeluruh sangat populer dalam pembelajaran bahasa setelah tahun 1980. Hal ini karena kaidah bahasa menyeluruh memiliki kelebihan antara lain :
1. Melibatkan lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak-anak.
2. Penyampaian menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3. Menggunakan pendekatan tematik, programnya disusun berdasarkan pendekatan fungsional dan memperhatikan perkembangan anak, baik perkembangan fisik, sosial-emosi, dan mental intelektual. Konsep bahasa menyeluruh telah digunakan pada anak usia dini (anak usia prasekolah dan SD kelas rendah) dalam pengembangan bahasa anak. Kaidah ini ternyata telah berhasil membantu anak-anak memahami bahasa secara menyeluruh. Hal ini bermakna perkembangan bahasa anak-anak menjadi luas karena anak belajar dari berbagai unsur atau sumber. Mernurut Ferguson (dalam Mac Hado, 1995) bahwa kaidah bahasa menyeluruh sangat penting untuk meningkatkan keterampilan mendengar, berbicaa, membaca dan menulis diawali dengan pembelajaran perilaku bahasa yang alamiah yaitu bercakap-cakap.
Tokoh Cullinan (dalam Mac Hado, 1995) mengidentifikasikan bahwa kaidah ini berpusat pada bacaan atau program gabungan seni bahasa yang bermakna dan berfungsi.
Bergeron (dalam Marrow, 1993) mengidentifikasikan bahasa menyeluruh sebagai suatu konsep terdiri dari dua unsur pendukung yaitu perkembagan bahasa dan pendekatan pengajaran. Pendekatan ini berdasarkan pada penggunaan literatur nyata yaitu pengalaman kehidupan dan tulisan yang bermakna dan berfungsi serta keterpaduan penglaman motivasi dan minat anak-anak dalam pembelajaran bahasa. Sementara Eliason (1994) menyatakan bahwa dalam pendekatan bahasa menyeluruh terdapat hubungan yang interaktif antara mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Belajar bahasa harus terintegrasi ke dalam bukan terpisah dari semua aspek kurikulum. Definisi agak lengkap dikemukakan oleh Brenner (1990) yang berpendapat bahwa “Whole Language” adalah cara mengajar prapembaca, membaca dan keterampilan bahasa lainnya melalui keseluruhan proses yang melibatkan bahasa, menulis, berbicara, mendengarkan cerita, mengarang cerita karya seni, bermain drama, maupun melalui cara-cara yang lebih tradisional.
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas, maka pembelajaran bahasa berdaarkan pendekatan bahasa menyeluruh mempunyai ciri-ciri:
1. Menyeluruh (Whole/Coorperative Eksperances)
2. Bermakna (Meanigful)
3. Berfungsi (Function)
4. Alamiah (Natural/Authentic)
Model pembelajaran bahasa menyeluruh, sangat tepat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah (I,II), oleh karena itu, sebelum guru merancang pembelajaran, sebaiknya memahami dan menganalisis terlebih dahulu materi pokok Bahasa Indonesia di kelas rendah tersebut. Di dalam modul sebelumnya dicantumkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah (I, II) berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Dari uraian tentang konsep bahasa (Whole Language) maka tujuan model pembelajaran Bahasa Indoneisa di sekolah dasar berdasarkan pendekatan tersebut sebagai berikut : mengintegrasikan seluruh keterampilan berbahasa.

II. Model Pembelajaran Terpadu
Keterpaduan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan mata pelajaran lainnya dapat berlangsung dalam beberapa bentuk :
1.      Model keterhubungan (connected)
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan sutu konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain. Dapat pula terjadi keterhubungan antara tugastugas yang dilakukan dalam satu semester/catur wulan dengan konsep-konsep yang akan dipelajari pada semester/catur wulan berikutnya, dalam satu bidang studi.
2.      Model jaring laba-laba (webbed)
Model jaring laba-laba adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pengembangan model ini dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi antara guru dengan siswa. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar siswa.
3. Model keterpaduan (integrated)
Model keterpaduan merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarbidang studi. Model ini dilaksanakan dengan cara menggabungkan bidang-bidang studi. Menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep atau sikap yang saling tumpang tindih pada beberapa bidang studi.

Sumber :



Selasa, 23 April 2013

Bahan Ajar



A.  Pengertian Bahan Ajar
         Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
         Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
         Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.  

B.  Bentuk Bahan Ajar
         Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart
         Audio Visual seperti: video/film,VCD
         Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH
         Visual: foto, gambar, model/maket.
         Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet


C.  Cakupan Bahan Ajar
         Judul, MP, SK, KD, Indikator, Tempat
         Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
         Tujuan yang akan dicapai
         Informasi pendukung
         Latihan-latihan
         Petunjuk kerja
         Penilaian

D.  Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
       Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
       Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.  
       Tugas-tugas yang yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan atau praktik.

Langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut:
         Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, indikator dan materi pembelajaran.
         Menyusun peta kebutuhan LKS
         Menentukan judul LKS
         Menulis LKS
         Menentukan alat penilaian


Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
         Judul, mata pelajaran, semester, tempat
         Petunjuk belajar
         Kompetensi yang akan dicapai
         Indikator
         Informasi pendukung
         Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
         Penilaian

E.     Modul
·      Modul merupakan alat atau sarana  pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
       Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metoda, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri.
       kebahasaannya dibuat sederhana sesuai dengan level berfikir anak SMK atau input SMK
       digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efesien.
       memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain
       bersahabat dengan user atau pemakai, membantu kemudahan pemakai untuk direspon atau diakses
       mampu membelajarkan diri sendiri.
       Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan terukur,
       materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, tersedia contoh-contoh, ilustrasi yang jelas
       tersedia soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya
       materinya up to date dan kontekstual,
       bahasa sederhana lugas komunikatif,
       terdapat rangkuman materi pembelajaran,
       tersedia instrument penilaian yang memungkinkan peserta diklat melakukan self assessment.
       mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri,
       terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat,
       terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi

Tujuan Penulisan Modul
1.    Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat  verbal.
2.    Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun guru/instruktur.
3.    Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti :
a.    Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat;
b.    Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya,
c.    memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
d.   Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.